Fokus Utama






Tabloid Mingguan Alchairaat

Fokus Utama

Fokus Khusus

Berita dalam Gambar

Editorial

Lingkungan

Budaya

Ihwal

Hubungi Kami

Iklan dan Pariwara

Buku Tamu

  


Fokus Utama


Darah di Poso Mengalir Lagi

Hari masih pagi, pukul 07.45, saat sesosok mayat dengan tubuh penuh luka dan ikatan, hanyut terbawa aliran sungai Poso. Kejadian serupa terulang lagi sekitar pukul 17.30, sesosok mayat lagi-lagi dengan tubuh penuh luka ditemukan warga Kelurahan Bonesompe, Poso Kota. Pemandangan yang membikin mual itu, saban waktu mesti dialami warga Kota Poso yang berdiam sepanjang bantaran Sungai Poso. Sampai saat ini tujuh mayat tak bernama itu, masih disemayamkan di Kamar Mayat RS. Poso. Hingga Kamis (4/7) tak ada yang datang mengambilnya.

Aliran sungai bersejarah yang pernah membawa dua orang antropolog Belanda N. Adriani dan H.C. Kryuit itu, jadi saksi bisu, Poso masih akan berdarah-darah lagi.

Agaknya kekhawatiran banyak orang kalau Poso akan rusuh lagi, terbukti sudah. Sejak serangan dinihari Ahad (24/6) bulan silam, bayangan rusuh Poso itu, kian jelas. Puncaknya ketika Selasa (3/7), dini hari sekitar pukul 13.50 Waktu Indonesia Tengah, 14 orang di Dusun Buyu Katedo, Desa Malei, Kecamatan Lage, Poso tewas dibantai salah satu kelompok yang bertikai. 30 rumah penduduk dan satu buah masjid dibakar massa penyerang. Hari itu juga, Di Kelurahan Sayo, wilayah Poso Kota, perusuh juga membakar satu petak barak dan mushalla yang ada di Lorong Sawerigading. Aksi balasan terjadi sekitar pukul 10.00, ketika tiba-tiba sebuah gereja terbakar di Kelurahan Gebangrejo.

Kapolres Poso Ajun Komisaris Besar Polisi Jasman Baso Opu, kepada FORUM membenarkan jika memang 14 warga Buyu Katedo dibantai para perusuh. 13 di antaranya sudah dikuburkan di Pekuburan Umum Islam Kelurahan Lawangan, Poso Kota. “Penguburan itu baru selesai jam sepuluh malam. Sementara seorang anak perempuan berusia empat tahun, diduga diculik para penyerang itu,” kata Jasman.

Dari visum yang dikeluarkan RS. Poso, diketahui, jika 14 orang yang tewas itu, selain dibacok juga ditembak massa perusuh. Sementara Musa, 50 tahun, Imam Masjid Buyung Katedo, dibunuh dengan cara dibakar hidup-hidup, begitu pula nasib yang menimpa Muhammad Aman, 40 tahun.

Menurut Jasman, dari 14 jenazah itu, enam orang di antaranya adalah perempuan yang diidentifikasi bernama Sanariah, Aminah, Hadra, Erni, Diana, dan Linda dan enam orang anak-anak, sesuai keterangan sejumlah pengungsi yang sempat lolos dari lubang jarum itu kepada Jasman, bernama Siyul Jaya, Sumiati, Fitrian, Ferman, Ilham dan Arif.

Akibat penyerangan itu juga, sekitar 300 pengungsi dievakuasi oleh aparat gabungan TNI dan Polri, ke sejumlah wilayah aman di Kabupaten Poso. Sementara secara swadaya, dengan naik dua buah KM. Fajar Bahari, sekitar 150 perempuan dan anak-anak mengungsi ke Parigi. Sementara pengungsi lainnya, di evakuasi ke Tentena, di Kantor Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah

Sejak Rabu itu suasana Kota Poso kembali mencekam seperti pada Mei-Juni tahun silam, ketika kerusuhan Poso jilid tiga. Setiap saat terdengar rentetan tembakan di pojok-pojok kota. setelah Kepala Staf Korem 132/Tadulako Letkol Infanteri Dede K. Atmawidyaja mendapat laporan, jika 165 rumah di Desa Galuga, Kecamatan Tojo, dibakar massa perusuh. “pembakaran itu berlangsung sejak pukul 08.00-12.00. Saat ini aparat sudah melakukan penyisiarn di sekitar hutan Galuga untuk mencari para penyerang itu,” jelas Dede.

Aksi-aksi sporadis di seantero Kota Poso dan Pesisiran, ternyata hari itu, sambung menyambung. Petang hari, sekitar pukul 19.30, para perusuh itu mengarahkan serangan ke Kelurahan Gebangrejo, Poso Kota. Saat itu, satu buah gudang kopra berukuran 4 x 10 meter terbakar. Amuk jago merah di gudang samping Kantor Pengadilan Negeri Poso itu, baru usai sekitar pukul 12.00. Malam itu juga, di Desa Lembomawo, terjadi kontak senjata antara aparat dengan massa penyerang. Dilaporkan tak ada korban jiwa pada kontak senjata selama hampir satu jam itu.

Saat Lembomawo terjadi kontak senjata, di Desa Mapane, 10 kilometer arah timur Kota Poso, kedua kelompok yang bertikai saling berhadap-hadapan. Kelompok Putih, sebutan untuk laskar jihad, menguasai jalan-jalan dengan menempatkan sejumlah halang rintang. Sementara Kelompok Merah, sebutan untuk laskar salib melancarkan tembakan dari atas-atas bukit sekitar desa itu. Dari data yang dihimpun FORUM di Kantor Polres Poso, baku tembak itu tak menimbulkan korban jiwa.

Baku tembak antar kedua kelompok bertikai atau dengan aparat, terus berlangsung di pesisir dan pedalaman Poso. Sekitar pukul 01.00 dinihari, massa penyerang berhasil dipergoki aparat ketika hendak membumihanguskan bangunan-bangunan tersisa di Desa Batugencu, Kec. Lage. Saat itu, enam penyerang bersenjata rakitan dan peluncur itu, tewas di tembak aparat.

Kamis (5/7) sejak pukul 7.30-10.00, terjadi kontak senjata antara kedua pihak yang bertikai di Desa Batugencu, Kec. Tojo. Untuk saja, aksi baku tembak bak film-film laga western itu, berhasil disudahi oleh aparat gabungan TNI dan Polri. Tidak ada korban yang dilaporkan pada siang itu.

Ketika perhatian aparat sedang dialihkan ke luar Kota Poso, tiba-tiba terjadi pembakaran rumah warga di Jl. Pulau Buru, Kelurahan Gebangrejo, pada pukul 11.45. Tiga petak rumah yang bersebelahan dengan gedung DPRD Kabupaten Poso itu, rata dengan tanah pada pukul 13.00. Di Kelurahan Lombogia, Poso Kota pada saat bersamaan, sejumlah rumah warga dibakar. Tak ada korban jiwa saat itu dalam kota.

Pukul 17.00 petang hari itu juga, rumah kopel milik pegawai di lingkungan Pemerintah Kabupaten Poso, dibakar orang tak dikenal. Jago merah yang melalap bangunan di sebelah barat gedung DPRD itu, baru padam pada pukul 09.00.

Saat bangunan itu terbakar, di Kelurahan Ranononcu, 1 kilometer arah Selatan Kota Poso, massa kedua belah pihak bertikai terlibat kontak senjata. Saat itu, terdata 3 orang terkena tembakan senapan rakitan. Mereka saat ini sementara dirawat di Rumah Sakit Poso.

Sekitar pukul 18.00 petang itu, enam mayat korban tembakan aparat berhasil dievakuasi dan saat ini diinapkan di Kamar Mayat Rumah Sakit Poso. “Keenam mayat itu adalah massa penyerang yang ditembak aparat di Desa Toyado. Karena mereka tidak menggubris tembakan peringatan, sesuai perintah aparat menembak mereka,” jelas Dede.

Dalam beberapa hari ini, Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Kabupaten Poso,yang terdiri dari Bupati Poso Abdul Muin Pusadan, Kajari Poso H. Abdul Taufieq, Ketua Pengadilan Negeri Poso D. Tuwa Tobo, Kapolres Poso Ajun Komisaris Polisi Jasman Baso Opu, Komandan Kodim 1307/Poso Letkol Infanteri Syamsul Rizal Harahap, beserta Kepala Staf Korem 132/Tadulako Kolonel Inf Dede K. Atmawiyaja menggelar sejumlah pertemuan penting. Dari pertemuan Rabu (4/7) lalu, ada empat butir rekomendasi yang dikeluarkan untuk pemulihan. Pertama, pembuatan Posko Terpadu untuk mendukung Operasi Sadar Maleo Tahap IV. Kedua, untuk menjamin keamanan warga Poso, setiap saat penambahan pasukan akan dipertimbangkan. Ketiga, upaya rekonsiliasi akan terus dilaksanakan dan terakhir, untuk menjamin lancarnya roda pemerintahan Poso, semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Poso, dihimbau untuk kembali ke Poso dan bekerja seperti biasanya.

Bupati Muin, saat ini juga telah membentuk tim-tim kecil rekonsiliasi yang akan diterjunkan ke daerah-daerah rawan konflik. “Tim itu akan bekerja sama dengan tim terpadu yang dibentuk oleh Pemerintah Provinsi. Saya yakin tim rekonsiliasi itu akan bekerja dengan baik. Kita ingin Poso segera pulih kembali,” kata Muin pada FORUM.

Tim-tim kecil itu, kata dia lagi, akan selalu berkoordinasi dengan tim bentukan pemerintah provinsi itu. Tim yang sudah dibentuk dan diturunkan awal Juni lalu, saat ini belum melaporkan hasil kerjanya. “Saya tetap yakin rekonsiliasi akan cepat terwujud. Harapan-harapan yang saya dengan dari warga juga seperti itu. Tugas kamilah untuk memenuhi harapan mereka,” jelas Muin.

Hal senada diungkapkan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Ruly Arifuddin Lamadjido. Menurutnya, tim-tim kecil yang dibentuk pemerintah Poso, akan bekerjasama dengan tim terpadu bentukan pemerintah provinsi.”Setiap-saat tim-tim kecil itu, akan melaporkan perkembangan upaya-upaya rekonsiliasi di sana. Jadi saya pikir mereka proaktif untuk melakukan upaya-upaya rekonsiliasi,” sebut Ruly.

Nah, ketika mereka bicara soal rekonsiliasi, Koordinator Front Solidaritas Islam- Revolusioner Sofyan Faried Lembah, menyebut jika rekonsiliasi tak akan terwujud jika pihak Gereja Kristen Sulawesi Tengah, masih menutup diri. Dia melihat bahwa Crisis Center GKST yang dipimpin oleh Damanik, justru kian hari menjadi duri dalam upaya rekonsiliasi Poso. “Sebagai buktinya ketika mereka hendak menyampaikan aspirasinya di DPRD Poso, Rabu, 4 Juli kemarin, kok mereka mesti mengancam akan menurunkan 1.000 orang massanya. Kenapa tidak datang dengan damai saja. Itu kan memicu konflik,” sebut tokoh Islam garis keras ini pada FORUM.

Dan untuk itu Pdt. Rinaldy Damanik juga punya sejumlah alasan. Menurut dia, selama ini mereka cenderung diperlakukan tidak adil oleh sejumlah pihak termasuk aparat. “Lihat saja ketika kita ingin menyampaikan aspirasi ke DPRD Poso, kita dihalang-halangi. Bahkan oleh aparat. Mereka memaki-maki kami,” kata dia.

Menurutnya, untuk menyelesaikan konflik Poso, pihak-pihak terkait mesti melihat akar konflik. Yang mesti dilihat, kata dia lagi, kenapa penyerangan-penyerangan terjadi. Itu kan sesungguh reaksi bertahan dan beladiri dari orang-orang yang diserang. “Misalnya ketika perkampungan Kristen di Sepe, di serang oleh pasukan putih dari Ampana. Itu kan memperburuk keadaan,” hematnya.

Yang jelas kini, apapun penegasan dua tokoh kelompok yang bertikai itu, sesuai data di Polres Poso, korban jiwa sejak Ahad (24/6) sampai hari ini sudah 45 orang dengan rumah terbakar sudah mencapai 350 rumah dibakar massa penyerang, ditambah tujuh petak barak pengungsi.

Karenanya aparat tak mau main-main kali ini. Sampai dengan Kamis (5/7) sudah 17 SSK aparat TNI dan Polri yang disiagakan di Poso dan sekitarnya. Dari jumlah itu, 4 SSK Brimob dari Polda Sulsel, 3 SSK Brimob Polda Sulteng dan 1 SSK Perintis Polres Poso, 3 SSK Batalyon Infanteri 711/Raksatama Sulteng, 2 SSK Brimob Polda Sulut, 1 SSK Brimob Polda Kendari, 2 SSK Batalyon Kavaleri Kodam VII Wirabuana Makassar, 1 SSK Batalyon Artileri Medan juga dari Kodam VII Wirabuana Makassar.

Untuk mendukung pengamanan itu, menurut Kapolda Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Polisi Zainal Abidin Ishak, saat ini mereka telah meminta bantuan alat transportasi dan komunikasi ke pemerintah kabupaten Poso. Mengingat itulah yang selama ini menjadi kendala mereka di lapangan. “Meski dengan keterbatasan yang ada. Aparat Polri dan TNI yang di BKO-kan ke Polres Poso, tetap bekerja optimal. Aparat sudah ditempatkan di sejumlah daerah-daerah rawan,” jelas Zainal pada FORUM.

Poso masih akan berdarah-darah lagi? Susah untuk menjawabnya tidak. Soalnya saat ini, kedua belah pihak yang bertikai masih mengasah parang panjang dan memanaskan laras senapannya. Menurut Sofyan, apa yang dilakukan oleh laskar jihad di sana, adalah qhisas. “Pembelaan kepada sesama muslim yang dianiaya seperti di Poso itu wajib dalam Islam,” tandasnya.

Dan Damanik pun punya pernyataan senada. “Tak bisa siapa yang menyerang siapa. Karena terbukti kelompok putih kerap juga menyerang perkampungan Kristen,” sebut dia.

Jadi kian tampak saja, Poso masih akan bergolak lagi. Jafar G. Bua

KORBAN POSO Mati sia-sia di usia muda